The Bioinformatics materials and goodies
  Romance of the Three Kingdoms Era Informasi
 
Sabtu, 14 Maret, 2009 oleh Arli Aditya Parikesit

Era negara bangsa sedang berada dalam transisi. Perkembangan pesat dunia maya, mengharuskan kita mengevaluasi secara drastis konsep negara bangsa. Konsep Nasionalisme berada di ujung tanduk. Era informasi telah menawarkan konsep baru mengenai hal itu. Apakah itu? Mari kita simak, dengan mengambil analogi dengan sejarah China kuno.

Sejarah Kerajaan Wei, Wu, dan Shu

China adalah negeri dongeng, dan akan selalu menjadi inspirasi bagi dunia. Negeri China pada tahun 235 Masehi terpecah menjadi tiga kerajaan besar, yaitu Wei, Wu, dan Shu. Kerajaan Wei dipimpin oleh Cao Cao, sementara Kerajaan Wu oleh Sun Quan, dan Kerajaan Shu oleh Liu Bei. Dari ketiga kerajaan tersebut, yang paling besar dan kuat adalah kerajaan Wei. Namun, berhubung kerajaan Wei juga memiliki keterbatasan dalam sumber daya ekonomi, politik dan militer, maka menguasai kerajaan Wu dan Shu adalah tidak mungkin. Mereka hanya terlibat pertempuran-pertempuran, kadang besar dan kadang kecil. Namun pertempuran itu tidak pernah melumpuhkan salah satu dari kerajaan tersebut. Zhuge Liang, Perdana Menteri Kerajaan Shu, mengatakan, bahwa ketiga kerajaan yang berada di negeri China itu seperti tiang penyangga meja. Suatu meja, hanya dapat berdiri dengan minimal tiga penyangga. Tidak bisa Kurang dari itu. Jika lebih dari tiga, itu melanggar konsep ekonomi, sebab membuang-buang material.

Adapun kerajaan Shu memiliki intelektual yang paling jenius, yaitu Zhuge Liang; dan memiliki jendral-jendral yang paling hebat, yaitu Guan Yu, Zhang Fei, dan Zhao Yun. Liu Bei sendiri dikenal sebagai orang yang sangat kharismatis. Dia bisa membujuk intelektual dan jendral paling jenius di jaman itu, untuk bekerja dengan dia. Adapun Cao-Cao lain lagi. Dia adalah orang yang sangat ambisius, dan sangat enerjik. Cao-Cao, berbeda dengan Liu Bei yang adalah pelajar, adalah seorang pendekar silat. Sementara Sun Quan, berbeda dengan Cao-Cao dan Liu Bei, lebih memilih untuk bekerja dibelakang layar. Ulasan mengenai Sun Quan, tidak sebanyak Cao Cao dan Liu Bei.

Adapun akhirnya, ketiga kerajaan tersebut akhirnya dipersatukan oleh Sima Yen. Hal ini terjadi, karena ketiga kerajaan tersebut tidak memiliki pewaris tahta yang kompeten, sehingga pihak lain memanfaatkan kondisi tersebut untuk merebut tahta kekaisaran.
Bercermin dari sejarah kuno China, yaitu kisah Sam Kok diatas, apa yang bisa  kita manfaatkan untuk menganalisa perkembangan dunia TI akhir-akhir ini? Mari kita masuki dunia maya….

Tiga ‘Kerajaan’ penyangga era informasi: Linux, Apple, dan Microsoft

Banyak sekali vendor yang aktif berperan di dunia TI. Mulai dari IBM, yang sudah berusia lebih dari 100 tahun dan bermodal super besar, sampai banyak sekali perusahaan yang kecil atau menengah. Namun, dari sekian banyak perusahaan atau unit usaha tersebut, ada tiga yang pantas dijadikan ‘highlight’. Mereka adalah Linux Foundation, Apple inc, dan Microsoft Corp.

Ketiga perusahaan (unit usaha dalam kasus Linux) mengembangkan sistim operasi yang digunakan oleh mayoritas mutlak dari komputer (tidak hanya PC) yang ada di pasar. Mereka adalah Linux, MacOS, dan Windows. Jelas, dari ketiganya, yang paling dominan adalah Windows. Namun Linux dan MacOS memiliki user base yang sangat kuat dan solid. Walaupun tidak sebesar Windows, namun kontribusi mereka tetap bisa disandingkan dengannya.
Linux adalah OS favorit untuk server dan ‘hard core computing’. Dalam percaturan dunia TI, Linux mulai menjadi kuda hitam yang patut dipertimbangkan. Sebabnya, Linux foundation didanai oleh vendor-vendor TI besar, seperti IBM, HP, Fujitsu, Google, Nokia, Intel, Dell, Toshiba dan lainnya. Sebagai contoh, IBM terkenal sangat agresif dalam mengintegrasikan linux kedalam sistim workstation dan server miliknya. Sementara, Linux sendiri memang dapat dijalankan dengan baik di platform x86.  Mayoritas aplikasi saintifik, seperti untuk bioinformatika dan fisika teoritis, ditulis dan dikembangkan untuk platform Linux. Hal ini menjadikan Linux sebagai platform pilihan bagi peneliti ‘hard core computer science’. Dengan semakin mudahnya penggunaan GUI Linux, maka end user pun mulai melirik platform ini juga.
Sampai hari ini, MacOS adalah pilihan bagi kalangan creative content. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Barack Obama, presiden USA, menggunakan Macbook untuk pekerjaan dia sehari-hari. Kemenangan dia di pemilu USA, menandakan bahwa creative content memiliki peran sangat penting dalam dunia politik. Ipod dan Iphone, gadget andalan Apple yang laku keras, diotaki oleh MacOS versi mini.

Windows, tidak lain dan tidak bukan, merupakan ‘kerajaan’ paling besar diantara ketiganya. Dengan dominasi tersebut, maka mayoritas aplikasi untuk end user, paling banyak tersedia untuk platform windows. Aplikasi yang bersifat fun seperti Games, dikembangkan mayoritas untuk platform windows. Sampai detik ini, walaupun di platform Mac juga tersedia, kesuksesan dari Aplikasi Microsoft office menjadikan dominasi windows sukar digoyang.

Era Informasi Masa Depan: Berakhirkah Era Negara Bangsa?

Secara defacto, ketiga sistim operasi, yang dikembangkan oleh ketiga pihak tersebut, telah mempengaruhi cara umat manusia hidup. Cara berpikir, merasa, mencintai, bahkan dalam mengambil keputusan ekonomi dan politik, sangat dipengaruhi oleh platform apa yang kita pilih di era informasi ini. Siapapun, mulai dari tukang ojek, sampai dengan Presiden negara adidaya, menggunakan komputer untuk menjalankan urusan mereka sehari hari. Dan, secara de facto, pilihan utama yang tersedia adalah ketiga sistim operasi tersebut. Menurut Immanuel Kant, bagaimana manusia menentukan langkah hidupnya, sangat ditentukan oleh persepsi yang dia miliki.

Berhubung interaksi user sejagad dengan ketiga OS tersebut sangat intens, maka OS yang dia gunakan akan mempengaruhi bagaimana dia mempersepsikan dunianya sendiri. Era informasi telah semakin mendekatkan seluruh umat manusia, dan interaksi secara on line di dalam dunia maya telah semakin melunturkan batas negara bangsa. Akhirnya, nasionalisme dalam konteks ini, tidak ditentukan pada tempat dia tinggal, apa rasnya, atau apa asal usulnya, melainkan dari sistim operasi yang dia gunakan. Akhirnya, jika kita gunakan analisa Zhuge Liang, dunia hanya terpisah menjadi tiga ‘kerajaan’ besar, yaitu Linux, Apple, dan Microsoft.  Apakah ini berarti era negara bangsa akan segera berakhir di era informasi ini? dan apakah akhirnya nasionalisme dalam arti konvensional hanya bermanfaat untuk berurusan dengan imigrasi dan membela tim sepak bola/bulu tangkis? Waktulah yang akan menjawabnya.

Referensi:
http://www.linuxfoundation.org
http://www.apple.com
http://www.microsoft.com
Buku Sam Kok
Bertrand Russel, History of Western Philosophy, Allen and Unwin.

Telah dimuat di http://netsains.com/2009/03/romance-of-the-three-kingdoms-era-informasi/

 
  Today, there have been 37 visitors (73 hits) on this page!
 
 

The Google search result about me is shown

here This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?

Sign up for free