Rabu, 18/03/2009 12:20 WIB
Penulis: Arli Aditya Parikesit - detikinet
Jakarta - Pada awalnya, strategi Micosoft terhadap Open Source terkesan antagonis dan kurang bersahabat. Namun, semenjak tahun 2004, strategi tersebut diubah secara total. Mereka terkesan lebih bersahabat dan diplomatis dalam berhadapan dengan komunitas Open Source.
Apakah pendekatan tersebut efektif dalam memperbaiki citra mereka? Apakah motif Microsoft di balik pendekatan diplomatis tersebut? Bagaimana tanggapan komunitas Open Source terhadap pendekatan Microsoft? Mari kita simak.
Aktivis Open Source pada Litbang Microsoft
Secara mengejutkan, Microsoft mengumumkan bahwa mereka telah merekrut Bill Hilf, yang selama ini dikenal sebagai aktivis Open Source. Bergabung dengan Microsoft pada tahun 2004, dan awalnya menjabat sebagai direktur strategi platform teknologi Microsoft. Akhirnya sekarang menjabat sebagai Direktur Lab Open Source Microsoft dan general manager of Windows server marketing.
Dia adalah seorang veteran di dunia Open Source, yang sudah terlibat didalamnya selama lebih dari sepuluh tahun. Sebelumnya, Hilf bekerja di unit pengembangan platform Linux pada IBM.
'Saya adalah orang non Microsoft yang bekerja di Microsoft', demikian kata Hilf. Dia memimpin lab, yang menjalankan sekitar 40 distro Linux yang berbeda, dan beberapa versi Unix, di tengah lingkungan yang Microsoft Windows sentris.
Menurut Hilf, apa yang dilakukan labnya adalah mengerjakan solusi interopabilitas antara platform Windows dan Linux. Contoh penelitiannya, adalah menjalankan client non Microsoft pada Microsoft Exchange dan melakukan sinergi terhadap solusi IT yang multi platform.
Hilf merupakan satu dari segelintir eksekutif Microsoft yang berpartisipasi pada forum Open Source, seperti pada Linux World. Hilf mengakui, bahwa banyak dari individu yang terlibat pada forum tersebut merupakan teman baik dia juga. Hilf berpendapat, bahwa Microsoft sama sekali tidak bermaksud berkompetisi dengan open source, namun berkompetisi pada produk open source yang dijual di pasaran.
Hilf juga berinteraksi secara intensif dengan dunia pengembangan Open Source, dengan menjalin hubungan baik dengan rekan-rekannya di Samba, Apache, Red Hat, Novell/Ximian, dan pengembang kunci open source lainnya. Sejauh ini, menurut dia, tanggapan secara umum dari komunitas Open Source atas kehadiran dia mewakili Microsoft cenderung positif.
Kerjasama antara Microsoft dengan komunitas Open Source
Buah karya Hilf dengan timnya telah nampak, dengan perkembangan-perkembangan yang akan dijabarkan selanjutnya. Atas saran dan arahan Hilf, akhirnya Microsoft mendirikan dua websites terpisah, yaitu Port25 dan Codeplex.
Port25 adalah suatu blog, yang didesain sebagai forum bagi para pengembang aplikasi open source. Sementara, Codeplex adalah repository open source software milik Microsoft, yang dapat disejajarkan dengan Sourgeforge.
Kemudian, Hilf dan timnya melakukan negosiasi dengan Novell dan Red Hat, dalam rangka kerja sama sinergi multi platform. Buah kerja sama tersebut, adalah dukungan Microsoft untuk memport Silverlight kepada monolight project oleh Novell, dan dukungan teknis gabungan antara Red Hat dan Microsoft. Silverlight adalah multimedia plug ins, yang didesain Microsoft untuk bersaing dengan Adobe Flash dan Apple Quicktime. Plug ins moonlight pada Linux didesain untuk mendukung microsoft silverlight.
Namun, tangan dingin Hilf dan timnya terbukti sewaktu bernegosiasi dengan OSI (Open Software Initiative). Microsoft menyerahkan skema shared source licence supaya OSI compliant, dan telah disetujui. Microsoft Shared Source Initiative adalah kerangka kerja dari Microsoft untuk menshare source code program komputer dengan pihak ketiga. Program Shared Source memperbolehkan individual dan organisasi untuk mengakses source code Microsoft untuk referensi, review, dan auditing dalam perspektif keamanan, dan untuk pengembangan.
Tanggapan komunitas Open Source secara umum
Tanggapan paling skeptis terhadap diplomasi Microsoft berasal dari pihak Google. Mereka mempertanyakan bagaimana bisa pihak yang awalnya anti Open Source, secara tiba-tiba berubah menjadi pro?
Statemen dari manajer Open Source Google, Chris DiBona, cenderung bernada skeptis dengan komitmen Microsoft. Menurut dia, seperti yang dikutip dari milis diskusi OSI, untuk apa OSI menyetujui proposal Microsoft, padahal sebelumnya mereka cenderung mengeluarkan statemen yang anti Open Source?
Lanjut DiBona, Microsoft memperkenalkan istilah yang membingungkan publik, seperti shared source licence, dan masih mempermasalahkan paten dengan sebagian komunitas Open Source. DiBona khawatir, bahwa semua ini hanyalah sekedar menunjukkan bahwa Microsoft bersahabat, namun sebenarnya memiliki maksud yang berbeda.
Sehubungan dengan Silverlight, beberapa pihak mengkritisi keengganan Microsoft untuk menawarkannya secara langsung pada platform Linux. Bruce Chizen, mantan CEO adobe, dan pencipta flash, mempertanyakan komitmen Microsoft untuk menjaga supaya Silverlight kompatibel dengan OS selain Windows. Dia mengambil contoh yang terjadi di masa lalu, di mana Microsoft merilis produk yang dijanjikan untuk kompatibel secara cross platform, namun sudah tidak demikian lagi sekarang, seperti Internet Explorer dan Windows Media Player.
Kemudian, menurut Michael Nelson, guru besar bidang kajian internet dari Universitas Georgetown, strategi tersebut tidak lain adalah upaya embrace and extend dari Microsoft untuk mengunci konten internet, dan menghentikan inovasi.
Namun tidak semua pihak memberikan tanggapan skeptis. Menurut Tim O'Reilly, CEO dari O'Reilly Media, apa yang dilakukan Microsoft dengan menyerahkan skema shared source licences pada OSI, adalah langkah yang sudah lama ditunggu-tunggu. Menurut Reilly lagi, ke depannya akan semakin sukar untuk menggambarkan garis pemisah antara Microsoft dan komunitas Open Source.
Menurut anggota dewan OSI Matt Asay, dengan meminta persetujuan dari mereka, maka itu menunjukkan bahwa Microsoft menghormati komunitas Open Source. Menurut Asay, Microsoft adalah perusahaan yang memahami Open Source, walaupun pihak OSI belum tentu sepaham dengan semua pemikiran mereka.
Menurut Zack Urlocker, wakil presiden Marketing pada vendor database open source MySQL AB, juga memuji langkah Microsoft terhadap OSI. Menurut Zack, walaupun agak terlambat, langkah tersebut sudah sangat baik.
Microsoft dan Open Source : Langkah ke Depan
Di luar platform Windows, sejauh ini satu-satunya platform di mana Microsoft mengembangkan aplikasi dan jasa secara komersial adalah pada Macintosh. Bahkan Microsoft mendirikan Operating Unit Mactopia (Macintosh Business Unit/MacBU) untuk menunjukkan komitmennya pada Mac.
Operating Unit serupa belum tersedia untuk platform Linux. Untuk platform Linux, Microsoft memasukkannya ke dalam direktorat platform interoperability. Berbeda dengan platform macintosh, di mana Microsoft telah merilis aplikasi penting seperti Mac Office, Entourage, Remote Desktop dan Messenger, dan merilis Silverlight plug ins secara native, pada platform Linux aplikasi/plug ins serupa dari Microsoft belum tersedia.
Plug ins moonlight memang didukung oleh Microsoft, tapi mereka tidak mengembangkannya secara langsung. Apakah Microsoft akan memberikan dukungan serupa seperti yang mereka lakukan di platform mac, atau bentuknya berbeda, masih harus dilihat lagi bagaimana ke depan.
Sejauh ini aplikasi yang dirilis sebagai Open Source dari Microsoft melalui Codeplex, adalah aplikasi yang tidak sepopuler nama-nama di atas. Beberapa pendapat mengatakan, jika Microsoft mendirikan Operating Unit yang serupa dengan Mactopia/MacBU, untuk mengembangkan aplikasi dan jasa Linux-based, maka suara sumbang terhadap Microsoft dari komunitas Open Source akan berkurang secara signifikan.
Open Source, sebagai model bisnis dan model pengembangan software/hardware, sudah menjadi tren, dan akan menentukan bagaimana masa depan dunia informasi. Hanya, akhirnya ada dua pihak yang memiliki penafsiran berbeda mengenai Open Source, yaitu Linux Foundation dan Microsoft. Bagaimanapun, kedua belah pihak adalah industri komersial, dan berorientasi pada market, berdasarkan supply and demand. Hubungan baik antara produsen dan konsumen akan menentukan revenue mereka.
Pada akhirnya, konsumen akan memperoleh keuntungan terbesar dari dua model yang ada, sebab kedua belah pihak akan berusaha memberikan rasio price/performance yang terbaik pada produk mereka. Konsumen akan memilih mana yang terbaik secara kritis, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Bahkan, berkat kerja sama antara Microsoft dengan Novell dan Red Hat akhir-akhir ini, mengadopsi solusi dari kedua belah pihak sekaligus adalah mungkin. Terobosan yang dilakukan pada pendidikan tingkat SMK di Indonesia, dengan mengajarkan OS Linux dan Windows secara bersamaan pada mata pelajaran TIK merupakan langkah awal yang sangat bagus, untuk mendidik siswa supaya sadar akan banyaknya pilihan pada dunia informatika yang sangat heterogen.
Arli Aditya Parikesit adalah peneliti pada Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. ( wsh / wsh )
Telah dimuat di http://www.detikinet.com/read/2009/03/18/122003/1101262/317/microsoft-dan-open-source-kompetisi-atau-kolaborasi