|              OlehArli Aditya Parikesit
 
 
              KTT Perubahan Iklim di Bali hanya satu dari pertemuan yang              mempertanyakan bagaimana kita mendapatkan solusi dari fenomena              pemanasan global yang sudah lama berlangsung. Salah satu solusi yang              bisa ditawarkan dari bioinformatika adalah melindungi              keanekaragamanhayati dari kepunahan.Planet Bumi yang kita cintai sedang menghadapi dilema berat.              Industrialisasi tanpa kontrol telah melepaskan emisi karbon dalam              jumlah besar ke atmosfer bumi. Aktivitas tersebut telah              mengakibatkan efek rumah kaca, yang mengganggu keseimbangan ekologi              dunia. Gangguan ekologis tersebut dimanifestasikan dalam perubahan              iklim, dimana terjadi pencairan es kutub dan bencana banjir.
              Dalam konteks ini, biokonservasi menjadi sangat penting untuk              menjaga keseimbangan ekologis planet kita yang tercinta. Diperlukan              strategi biokonservasi yang paripurna, untuk menghadapi berbagai              gangguan ekologis yang kita hadapi di masa sekarang ini.              Kesetimbangan ekologis dunia dipengaruhi oleh interaksi jejaring              kehidupan. Berbagai formasi simbiosis telah terbentuk di alam,              sebagai manifestasi dari biodiversitas. Faktor invisible berperan              dalam proses kesetimbangan ini. Disinilah kehidupan jasad renik (mikroba) berperan didalamnya. Di              dalam saluran pencernaan, mikroba berperan membantu proses absorbsi              makanan ke dalam tubuh. Dua spesies mikroba, yaitu E.coli dan              K.lactis berperan aktif dalam proses tersebut. Terjadi simbiosis              mutualistis antara manusia dengan mikroba tersebut. Mikroba adalah              flora normal yang hidup di dalam tubuh manusia. Kesetimbangan              ekologis ini akan terganggu jika kuman patogen memasuki inang.              Misalnya seperti invasi kuman S.typhii penyebab typus dan kuman              M.tuberculosis penyebab TBC.
 Namun peranan kuman patogen ada baiknya jangan dibesar-besarkan.              Dari keseluruhan sub-kingdom Eubacteria, bakteri yang berperan              sebagai patogen diperkirakan hanya 10 persen. Sisanya tidak              berbahaya bagi manusia. Jadi ketakutan berlebihan terhadap mikroba              adalah tidak beralasan sama sekali.
 
 Bioinformatika dan Sumber Daya Hayati
 Konservasi lingkungan hidup memerlukan perspektif alternatif dalam              menghadapi globalisasi. Negara asing telah mempatenkan beberapa              sumber daya alam Indonesia, seperti tempe. Secara mikrobiologis,              kita dapat saja mempatenkan mikroorganisme yang berperan dalam              fermentasi tempe. Hanya yang dapat dipatenkan adalah galur industri,              bukan wild type yang terdapat di alam.
 Galur industri hanya bisa diperoleh setelah inokulum wild type telah              melampaui tahap penapisan tertentu.
 Fungi Aspergillus niger sendiri tidak semuanya memiliki trait/sifat              yang sama. Ada yang memproduksi antibiotik yang benefisial, ada yang              tidak. Fungi yang dapat memproduksi antibiotik tersebut yang              potensial untuk dipatenkan. Selain produksi tempe, mikroba juga              terlibat dalam proses fermentasi Kombucha, Tapai, Nata de Coco, Keju,              Yoghurt, Kecap, dan Alkohol.
 Begitu banyak kegunaan mikroba dalam kehidupan sehari-hari, sehingga              sudah sepantasnya mereka mendapatkan prioritas dalam perspektif              biokonservasi bersama-sama dengan hewan dan tanaman yang lebih besar.              Proses produksi makanan dan minuman dengan teknik fermentasi              dianggap aman dan tidak merusak lingkungan.
 Perkembangan ilmu biologi molekuler dan teknik informatika telah              memungkinkan penggunaan teknik preservasi baru. Teknik tersebut              merupakan ilmu baru gabungan antara ilmu biologi molekuler dan ilmu              teknik informatika. Ilmu baru tersebut adalah ilmu bioinformatika.              Dalam konteks ini, preservasi mikroba tidak hanya menyimpannya di              dalam suatu wadah, namun juga kita menyimpan informasi genetik dan              protein yang diekspresikan oleh mikroba tersebut dalam database yang              terpusat.
 Penyimpanan informasi genetik/protein dalam suatu sistim informasi              sangat diperlukan untuk keperluan paten dan preservasi informasi              genetis. Jika kita hanya mempreservasi mikrobanya saja, namun              informasi genetiknya tidak, maka pihak lain dapat saja memperoleh              informasi genetiknya untuk keperluan paten dan pencurian sumber daya              hayati. Bila hal demikian terjadi, maka informasi genetik tersebut              dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan obat, vaksin, atau pangan              bagi keperluan mereka.
 Informasi genetik dari mikroba dapat diperoleh dengan teknik DNA              sequencing (urutan teratur), yang hasil output instrumennya dapat              dilihat dilayar komputer. Informasi protein dari mikroba juga dapat              diperoleh dengan teknik protein Mass spec, yang hasil output              instrumennya dapat dilihat dilayar komputer juga.
 Namun, setelah informasi genetik/protein kita dapatkan, apa yang              harus dilakukan? Secara bioinformatika, sekuens DNA dan protein              tersebut dapat disimpan dalam database terpusat, seperti yang              dilakukan oleh Amerika Serikat dengan database GenBank milikinya.              Adapun database terpusat tersebut tidak harus open access untuk umum,              namun dapat juga proprietary (dalam pemilikan dan kontrol) untuk              peneliti Indonesia saja.
 
 Penyimpanan Informasi Genetik
 Di Amerika Serikat, beberapa korporasi bioteknologi seperti Celera              Corporation membangun database yang bersifat proprietary untuk              keperluan paten. Selain untuk keperluan komersial, ilmu              bioinformatika juga dapat dipergunakan untuk konservasi lingkungan              hidup. Penyimpanan informasi genetis dari biodiversitas Indonesia              yang sangat beragam tersebut akan memungkinkan supaya keanekaragaman              hayati kita tetap bisa dipreservasi di tanah air.
 Ilmu bioinformatika membantu proses penyimpanan informasi genetik              mikroba secara proprietary untuk mempreservasi keaneka ragaman              hayati secara lebih paripurna. Mikroba bukan satu-satunya organisme              yang dapat dipreservasi dengan cara seperti itu. Namun organisme              lain, seperti tanaman, hewan, dan bahkan informasi keragaman genetis              manusia juga dapat diperlakukan demikian. Apabila kita dapat              mempreservasi bunga rafflesia secara konvensional, dan menyimpan              informasi genetiknya dalam database terpusat secara proprietary,              maka bunga tersebut akan terhindar dari kemungkinan pencurian sumber              daya hayati.
 Namun apabila yang dipreservasi hanya tanamannya an sich, tanpa              informasi genetiknya, akan sangat mungkin dalam waktu singkat negara              asing akan dapat menumbuhkan bunga rafflesia di negara mereka, tanpa              harus mengimpor bunga tersebut dari negara kita. Adapun informasi              genetis yang tidak akan dipergunakan untuk paten, seperti mikroba              wild type, dapat saja dibuka untuk umum untuk kepentingan riset.              Hanya akses ke database mikroba galur industri yang tetap              proprietary.
 Dalam tulisan ini dapat disimpulkan, bahwa mikroba memiliki peran              sangat penting dalam ekosistim dunia, dan ilmu bioinformatika              memiliki peran yang sangat penting dalam biokonservasi keaneka              ragaman hayati. KTT Lingkungan hidup di Bali telah berakhir tanpa              adanya kesepakatan yang mengikat, sehingga pemikiran baru untuk              mengatasi jalan buntu tersebut sangat diharapkan. Semoga artikel ini              dapat mencerahkan kita semua, terutama dalam perjuangan kita untuk              menjaga lingkungan hidup dari planet bumi yang sangat kita cintai              ini.
 
 Penulis adalah dosen FMIPA-UI dan kolumnis netsains.com.
 |  |