Sabtu, 11 April, 2009 oleh Arli Aditya Parikesit
Banyak orang menyangka, bahwa IT adalah semata-mata sekedar isu teknologi atau sains an sich, dan tidak melibatkan aspek lainnya. Menurut pemikiran ini, kita cukup ngoprak-ngaprek komputer, dan itulah IT. Hanya, sayangnya asumsi tersebut kurang tepat. IT telah menggerakkan manusia menuju metode sosialisasi baru, seperti chatting dan social networking. Hal ini bisa dikaji secara sosiologis atau antropologis. Aspek yang tidak kalah penting pada IT adalah marketing dan branding, yang merupakan domain tradisional ilmu ekonomi/manajemen.
Kegagalan pemasaran produk IT yang berteknologi tinggi, seperti yang akan dijelaskan dibawah, merupakan salah satu contoh gagalnya marketing/branding dari produk yang bersangkutan. Sementara keberhasilan mereka, juga merupakan keberhasilan divisi marketing dari perusahaan yang bersangkutan. Pendekatan multidisipliner, supaya berhasil membangun suatu business unit IT, mutlak diperlukan. IT bukanlah isu engineering atau sains belaka, namun juga isu sosial, ekonomi, dan budaya.
IBM dan Apple: Beberapa contoh kegagalan mereka, dan kebangkitan kembali
Antara tahun 80an dan 90an, IBM merilis sistim operasi model baru, yang diberi nama OS/2. Awalnya OS/2 merupakan hasil kerja sama antara IBM dan Microsoft, untuk menggantikan sistim operasi DOS yang sudah kuno. Namun, berhubung Microsoft mengembangkan Windows, maka proyek OS/2 dilanjutkan oleh IBM. Jelas, jika melihat keseluruhan fitur, OS/2 merupakan sistim operasi yang paling canggih di jaman itu. Ia memiliki manajemen memori yang sempurna, multi tasking/threading, object oriented, dan dapat menjalankan windows juga. Namun adapun, dengan segala kecanggihan tersebut, akhirnya OS/2 hanya memiliki pasar yang terlalu segmented, dan akhirnya pengembangannya dihentikan. Selama pengengembangannya, IBM hanya memasarkan OS/2 pada kalangan korporat atau IT, namun tidak terlalu menggarap end user. Namun IBM tidak bersedih hati dalam waktu lama, sebab sudah memiliki ‘jagoan’ sebagai pengganti OS/2, yaitu Linux. Bersama beberapa vendor open source, sekarang IBM mengembangkan ‘real time Linux’ , yang didesain untuk sistim besar mereka, yang biasa digunakan kalangan militer dan keuangan. IBM sekarang adalah ‘platinum member’ pada Linux foundation, dan telah menginvestasikan sejumlah besar uang untuk mengembangkan platform Linux.
Semenjak Steve Jobs meninggalkan Apple pada tahun 1985, perusahaan tersebut seperti kehilangan fokus. Apple melakukan diversifikasi habis-habisan, namun melupakan core businessnya. Pada kurun waktu sepeninggal Jobs, Apple memproduksi dua produk teknologi tinggi, yaitu Kamera Digital dan PDA Newton. Komputer yang dijual Apple pada saat itu, boleh dibilang sama saja dengan PC, namun dengan harga yang jauh lebih tinggi. Namun, berhubung kedua produk tersebut diluar core business Apple, dan banyak perusahaan kamera digital yang akhirnya dapat membuat kamera yang lebih murah dan lebih handal, akhirnya bisnis kamera Apple merugi. Demikian juga kasus pada PDA Newton. Pada waktu Newton diluncurkan, Apple kurang membaca pasar, sebab pada waktu itu konsumen belum menginginkan gadget yang secanggih itu.
Alhasil, sewaktu Steve Jobs kembali ke Apple di tahun 1997, pengembangan kamera digital dan PDA Newton dihentikan sama sekali. Namun kesedihan Apple dengan kegagalan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah melakukan survey pasar secara komprehensif, akhirnya Apple sukses dengan gadget terbaru mereka, yaitu Iphone dan Ipod. Apple pun berhasil meregenerasi komputer mereka, dengan memproduksi komputer yang tetap berkualitas, namun dengan harga mendekati/setara dengan PC yang sekelas. Pangsa pasar mac selalu meningkat, disebabkan keberhasilan Apple menekan harga. Penekanan tersebut terjadi, karena mac menggunakan komponen standar yang biasa digunakan di PC, seperti USB, PCI, Intel processor, ATI/NVIDIA GPU, DVI to VGA connector, DDR RAM dll.
Keberhasilan Google membangun niche
Google merupakan Business unit berbasis Open Source yang sangat sukses, mungkin yang paling sukses. Sebagai ‘gold member’ pada Linux foundation, telah banyak yang telah dikontribusi Google pada dunia Open Source. Search engine mereka telah menjadi default di webbrowser utama pada platform Macintosh dan Linux, sementara di platform Windows pun juga banyak yang menggunakan jasa mereka. Adword dan Adsense telah menjadi metode baru dalam beriklan di dunia maya. Namun, kunci keberhasilan bisnis mereka, terutama karena pemisahan fungsi manajerial mereka. Para pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, memutuskan untuk menyerahkan urusan bisnis dan marketing Google pada Eric Schmidt, seorang veteran pada dunia manajerial korporasi berbasis IT. Pemisahan ini dilakukan, supaya Page dan Brinn bisa fokus secara penuh pada aspek sains dan engineering pada semua produk Google, sementara Schmidt juga bisa fokus secara penuh pada aspek marketing dan bisnisnya.
Menurut Schmidt, Ia mengembangkan budaya korporasi Google berdasarkan praktek korporasi modern yang telah baku, namun tetap membuka ruang bagi kreativitas. Bagian keuangan, umum, logistik dan SDM Google pada dasarnya tidak berbeda dengan perusahaan lain, demikian menurut Schmidt. Namun, menurut dia lagi, bagian Teknologi dan Produk mereka, yang dikepalai Page dan Brinn, yang selalu memberi kejutan kreatif.
Walau terjadi pemisahan fungsi, namun mereka bertiga tetap menjalin kordinasi dengan baik untuk semua keputusan penting. Hasil dari pemisahan fungsi tersebut sangatlah luar biasa. Google dapat menghasillkan produk berteknologi tinggi, namun laku keras di pasaran. Walau server Google dibangun pada customized Linux versi khusus, namun mereka dapat mendominasi search engine di platform Windows dan Mac, tidak hanya di Linux. Market Capitalization Google pun sangat besar, bahkan setara dengan Apple, yang merupakan perusahaan yang lebih tua. Ini bukti bahwa Google adalah raksasa IT, yang sejajar dengan nama-nama yang telah terlebih dahulu established. Sampai detik ini, Schmidt masih tercatat sebagai dosen di Stanford University, pada mata kuliah technopreneurship. Schmidt mengaku senang mengajar, karena hanya di forum itu dia bisa mendapat masukan banyak dari mahasiswa mengenai banyak hal dan bisa berdiskusi dengan para mahasiswa yang progresif.
Pelajaran dari para raksasa IT
Kegagalan IBM dan Apple dalam memasarkan produk mereka, dan kemudian kebangkitan mereka kembali, mengajarkan banyak hal. Survei pasar sangat penting supaya suatu produk bisa laku di pasaran. Kesuksesan IBM mengadopsi Linux real time, dan keberhasilan Apple di pasar gadget merupakan Strategi branding yang tepat juga berperan sangat kunci disini. Keputusan IBM untuk menggunakan maskot Linux, yaitu Tux, yang memakai pakaian khas ‘big blue suite’ mereka, merupakan simbol dari komitmen IBM terhadap Open Source. Apple pun juga mengganti nama perusahaannya, dari ‘Apple Computer’ ke ‘Apple Inc’, untuk memberi kesan pada seluruh dunia, bahwa brand Apple tidak hanya identik dengan komputer, namun juga dengan gadget mereka, yaitu Ipod dan Iphone. Kegagalan IBM dan Apple di masa lalu, dan keberhasilan ‘branding’ mereka di era sekarang, dapat menjadi pelajaran berguna dalam membangun industri IT.
Namun pelajaran yang tak kalah penting dari atas adalah pemisahan fungsi kepemimpinan engineering dan marketing. Hal ini telah dilakukan Google, dan mereka sukses besar. Dalam pemisahan dua fungsi ini, kepada dua pihak yang berbeda, maka tumpang tindih tugas berbeda pada orang yang sama dapat dihindari. Akan sangat bagus, jika seorang saintis atau engineer tidak usah terlalu mendalam memikirkan bisnis atau marketing, sementara itu bagian marketing juga tidak perlu memikirkan terlalu mendalam urusan sains atau engineering.
Namun antara kedua belah pihak, wajib melakukan kordinasi dan kerja sama secara sinergis untuk pengembangan perusahaan. Pemisahan fungsi sains/engineer dengan marketing, merupakan salah satu kunci sukses Google. Kerja sama yang sangat baik diantara trio ‘Page-Brin-Schmidt’ merupakan inspirasi penting dalam pengembangan industri IT.
Referensi:
http://www.apple.com
http://www.ibm.com
http://www.en.wikipedia.org
http://www.linuxfoundation.org
Telah dimuat pada http://netsains.com/2009/04/teknologi-dan-marketing-keberhasilan-dan-kegagalan-di-dunia-it/